Rabu, 29 Desember 2010

Buku Pertamaku

Berawal dari socmed Twitter, saya follow beberapa penulis yang bukunya menjadi favorit saya. Seperti Dewi "Dedew" Rieka, Adenita, Asma Nadia, HTR, dll. Dari salah satu penulis itu (saya lupa siapa), saya kemudian kenal dengan apa yang dinamakan self publishing. Konsep dimana jika kita yang ingin tulisan kita dibukukan, kita harus berperan sebagai penulis, dan juga sebagai penerbit. Konsep ini bisa didapat di nulisbuku. Kita hanya perlu upload naskah sesuai template yang telah disediakan, kemudian kita promosikan buku kita sendiri. Melalui berbagai socmed, atau apa saja. Jika ada pemesanan, maka nulisbuku akan mencetak  buku kita. Jadi buku dicetak setelah ada pembeli. Humm, satu cara baru buat paperless.

Waktu saya follow @nulisbuku, saya dapat info bahwa sedang ada proyek #BeStrongIndonesia. Proyek antologi, dimana siapa saja boleh mengirimkan karyanya yang bertema "Be Strong Indonesia". Buku Be Strong Indonesia ini akan diterbitkan oleh nnulisbukudotcom. Saya juga pengen ikut, karena royalti dari penjualan buku itu, akan disumbangkan buat korban bencana (waktu itu Merapi dan Mentawai). Tapi sepertinya saya masih ragu, ngga PD lah, apa lah. Jadi saya batal ikut proyek #BeStrongIndonesia.

Ketika saya menulis ini, saya baru saja mengirimkan naskah untuk proyek antologi #Pelangi. Konsepnya sama persis dengan #BeStrongIndonesia. Hanya saja, untuk #Pelangi royalti akan disumbangkan ke panti asuhan.

Antologi, yah tak apa lah saya mulai buku pertama saya dengan antologi. Bukan ide yang buruk. Karya saya memang hanya 6 halaman saja. Tapi saya ingin antologi #Pelangi jadi awal buat saya mempublikasikan tulisan saya yang lainnya. Someday.

Semoga Allah dengar pintaku.


Asembagus, 29-12-2010 5:25
READ MORE - Buku Pertamaku

Selasa, 28 Desember 2010

Natal [Late Post]


Note
Lajnah: lembaga/komisi
Ikhtilaf: berbeda pendapat
Tahni-ah: ucapan selamat, ucapan turut berbahagia, dll
‘Izzah: kemuliaan

Sebenarnya beda kaum Nasrani dan Muslim tidaklah banyak. Nasrani mengimani Musa dan Isa, Muslimpun begitu. Jika Nasrani tambahkan satu nama, Muhammad, maka tak kan berbeda antara Nasrani dan Muslim. Nasrani mengimani Taurat, Zabur, dan Injil, Muslimpun juga mengimani. Jika Nasrani tambahkan satu kitab, Al-Quran, maka sungguh Nasrani dan Muslim tak terpisahkan. Sungguh kerahiban jadikan Nasrani lembut hati dan dekat pada kami, sementara Yahudi dan musyrik musuh terkeras kita (QS 5 : 82). Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi dalam hal keimanan, tak terlarang bagi kita untuk saling berbuat kebaikan (QS Al-Mumtahnnah : 8).

Karena itulah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan, itulah pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. Namum kami (muslim) insyafi sepenuhnya, keyakinan yang kita pegang tak bisa dipaksakan. Kami hormati segala yang tak bisa dipertemukan (QS Al-Kafirun : 6).

Dalam perbedaan ini, ijinkan kami tetap mencintai Isa dan Maryam, meski kami tak bisa paksakan kalian takjubi Muhammad. Ijinkan juga kami untuk membaca dengan berkaca-kaca betapa indahnya Surah dalam Quran yang berjudul Maryam, Gadis tersuci sepanjang jaman. Ini sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, dan Al-Quran kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam (QS 3 : 59). Termulialah Isa yang terlah berbicara dalam buaian Maryam. Salam sejahtera baginya di saat lahir, kelak diwafatkan, dan kelak dibangkitkan (QS 19 : 33).

Saudara Nasrani terkasih, kami mencintai Isa, Nabi, dan RasulNya. Ruh dan kalimat-Nya, yang di-tiuptumbuh-kan dalam rahim suci Maryam. Hari ini, kalian rayakanlah kelahiran Isa yang bagi kami 25 Desember agak membuat dahi kami berkerut. Sebab maryam, yang sungguh berat ujiannya itu, bersalin di saat kurma masak dan penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember. Maaf jika ini menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para sejarawan bahwa 25 Desember itu hari kelahiran Janus dan Mitra, Dewa Matahari.

Sungguh, ingin kami syukuri juga kelahiran Sang Ulul ‘Azmi nan istimewa, Isa. Tapi hati kami tak nyaman dengan hari ini. Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati ‘tuk ucapkan salam natal. Ini harinya Janus dan Mitra, bukan harinya Isa.

Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju dan cemara, pohon sesembahan Eropa itu tak bisa kami paksakan untuk diubah seenaknya. Tinggal kini keinginan kami untuk membalas penghormatan yang telah kalian beri di Idul Fitri dan Idul adha, maka kami simak fatwa para ulama.

Sungguh agama ini memerintahkan untuk membalas tiap pemuliaan dengan penghargaan yang lebih baik, minimal senilainya (QS 4 : 86). Yang disepakati para ulama atas keharamannya adalah keterlibatan dalam segala hal yang bernilai ritual dan ibahnya (Fatwa MUI). Jika keterlibatan dalam kegiatan natal, yang bersifat ibadah dan ritual, disepakati keharamannya, maka para ulama ikhtilaf pada soal ucapan selamat.

Yang memubahkan selamat natal contohnya: Dr. Musthafa Az Zarqa dan Dr. Yusuf Al Qaradlawy, yang menyebut tahni-ah tak terkait dengan aqidah. Tahni-ah natal, bisa menjadi dakwah. Maka tahni-ah natal yang diikuti komunikasi intesif adalah indah. Dr. Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah natal ini. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.

Sedangkan Al Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA, dll cenderung mengharamkan tahni-ah natal, sebab hal itu sama saja dengan meridhai aqidah keliru. Jadi ikhtilaf ulama terkait tahni-ah natal berada pada konteks pemaknaan kalimat tersebut.

Masing-masingnya lalu menemukan dalil. Ulama berfatwa sesuai konteks di sekitarnya, tentu ada perbedaan lingkungan sosial dan yang melatarbelakangi fatwa yang berbeda ini. Lajnah Fatwa KSA dan Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris tanpa nasrani. Sedangkan Al Qaradlawy dan Az Zarqa berfatwa untuk masyarakat majemuk.

Lantas bagaimana kita bersikap atas beda fatwa tahni-ah natal? Menurut As-Syafii, keluar dari perselisihan itu adalah sunnah. Dengan jernih hati dan mengukur kapasitas diri, kita bisa mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan tertentu yang perlu dicermati. Ikhtilaf ahli ilmu insya Allah menjadi kemudahan yang tak sekedar benar tetapi juga tepat dan cerdas.

Akan ada yang menjalankan fatwa Al Qaradlawy dan Az Zarqa, contoh di wilayah yang muslimnya minoritas, atau dalam keluarga yang majemuk. Akan ada pula yang menjalankan fatwa Al Utsaimin, jika dalam posisi memelihara izzah akidah. Karena (menurut Abu Hanifah) yang terpenting bukan mengamalkan pendapat kami atau tidak, tapi mengetahui bagaimana kami menetapkan pendapat tersebut.

Maka dengan ilmu yang memadai, mari beramal yang terbaik bagi iman kita pada Allah, bagi misi kita untuk jadi rahmat semesta.

READ MORE - Natal [Late Post]

Kamis, 23 Desember 2010

Kultwit Pernikahan by @asmanadia

Tulisan ini merupakan kumpulan kultwit dari Asma Nadia dengan hashtag pernikahan, yang saya rangkum jadi satu. Masih mentahan, mungkin suatu saat akan saya buat agar kata-kata lebih enak dibaca. Sekarang saya post aja dulu sebelum menguap :)

Apakah yang harus dilihat dari seseorang laki-laki yang datang dengan niat menikahi kita? Apa yang membuat kita perlu percaya akan sakinah bersamanya?
Banyak pertanyaan di kepala seorang muslimah, banyak dialog hati sebelum memutuskan menerima calon yang melamar.
  1. Tentang usia -- bukan perbedaan usia yang matters, tapi seberapa dewasa dia? seberapa siap dia ditempa ujian? ini penting!
  2. Penghasilan tak seberapa -- Pekerjaan/penghasilannya kini tak mencerminkan masa depannya. Alih-alih melihat penghasilan, saya akan mencoba melihat apakah dia gigih berusaha? apa dia pribadi yang rajin, ulet, teguh?
  3. Bagaimana dia memperlakukan saya setelah menikah? -- Bisa diamati lewat bagaimana dia memperlakukan Ibunya.
  4. Bagaimana pembelaannya terhadap umat? -- Saya ajukan syarat jika dia bersedia mengifakkan sebagian waktu saya yang menjadi miliknya, untuk umat.
Manfaatkan waktu ta'aruf (bagi yang tidak berpacaran) untuk mendapatkan info sebanyak-banyaknya tentang calonmu.
Kriteria lain saat memutuskan menerima pasangan hidup, apakah dia mempunyai impian besar dalam hidupnya.

Dalam pernikahan bukan kata cinta setiap hari yang kita butuhkan, akan tetapi bagaimana membuat kita merasa dicintai setiap hari.

Istri dan anak-anak membutuhkan lelaki yang pandai mengelola waktu dan kokoh dalam memproses impian keluarga.

Istri membutuhkan seseorang bukan yang selalu mengiyakan tetapi yang bisa membantu saya membuat keputusan.

Suami adalah calon orang tua dari anak-anakmu. Bisakah melihat figurnya sebagai ayah? Ini penting!

Menikah bukan persoalan ingin. Menjadikan oernikahan media ibadah yang menguatkan pasangan juga anak-anak ke jalan-Nya perlu kesiapan.

Jika seseorang itu belum dihadirkan, jangan pasif. Tapi juga jangan agresif mengejar. Tapi agresif untuk membuat diri makin layak di sisi-Nya. Orang yang baik akan mendapatkan orang yang baik pula.

Kenali calonmu dengan caranya membuat excuse. Alasan/dalih itu penyakit. Tidak sehat untuk diri dan tidak sehat untuk keluarganya.
READ MORE - Kultwit Pernikahan by @asmanadia

Minggu, 19 Desember 2010

Analogi Nyamuk

Dear Nyamuk,
boleh lah kau ada di tempat manapun di penjuru dunia ini. Tapi tolong jangan lah kau masuk diam-diam ke kamarku, sementara aku merasa sudah tak ada celah lagi untukmu.
Dear Nyamuk,
boleh lah kau menyelinap ke kamarku lewat celah yang aku sendiri tak pernah tahu. Tapi tolong jangan lah berkelebat disekelilingku.
Dear Nyamuk,
boleh lah kau modar-mandir di seputarku. Tapi tolong jangan lah ambil darahku barang setetes.
Dear Nyamuk,
boleh lah kau gigit tangan, kaki, atau apapun yang kau suka. Tapi tolong jangan lah kamu berdenging di telingaku seolah kau ingin ku temani begadang.
Dear Nyamuk,
Aku rasa sudah terlalu luas otoritas yang kuberikan di kamarku. Tapi kau tak pernah mengerti. Sudahlah lupakan kamarku. Bolehlah kau jelejahi dunia. Tapi tidak dengan kamarku.

READ MORE - Analogi Nyamuk

Jumat, 17 Desember 2010

Flat

Sedang merasa damai. Tak ada rasa menghentak-hentak. Tak ada bahagia berlebih. Tak ada cemburu meletup.
Tenang... Mengatur langkah masa depan. Mengayuh di temani riak. Namun aku tahu di depan bahagia menanti.
READ MORE - Flat

Rabu, 01 Desember 2010

Keep Writing, Be Creative, Be Productive

Jika kamu merasa ada sebuah ide yang rasanya perlu dituliskan, sebaiknya segera dituliskan. Entah itu hanya ringkasannya di kertas kecil, atau benar-benar menuliskan detilnya pada blog. Karena beberapa detik setelah ide itu melintas, perlahan dia akan menghilang. Mungkin tak akan sepenuhnya hilang, mungkin kamu akan tetap mengingat topiknya. Tapi tidak dengan poin-poinnya.

Seperti yang aku alami saat ini. Duduk di depan laptop, membuka blog dan telah terbuka halaman new post. Tapi ternyata aku bingung harus menuliskan apa. Aku pikir 1-2 hari yang lalu aku punya banyak ide untuk menulis. Tapi waktu itu aku sedang di depan televisi, dan sedang malas mengambil laptop (ataupun kertas) di kamar. Yap! Dan akhirnya lahirlah sebuah tulisan ini di siang bolong.

Ide adalah Rahmat-Nya, Rahmat-Nya Harus Kita Syukuri, dan Tidak Membiarkan Sebuah Ide Pergi Begitu Saja adalah Salah Satu Bentuk Syukur Kita kepada-Nya.
READ MORE - Keep Writing, Be Creative, Be Productive