Sabtu, 30 Oktober 2010

Hey You! Yes, You...

Dear Mr. Right...
I think you were there. I think you have told me that you're waiting for me. But in a fact, he was not you. he was Mr. Wrong. He can’t give me the answer. And I ain't sorry.

Dear Mr. Right...
I know i should rove arround the world to find you. As i have done yesterday. No, it wasn’t done. Because i haven’t found you.

Dear Mr. Right...
If in the middle of my journey, i found Mr. Wrong that i guess it’s you, please give me appology. I will continue my journey and left him to find you.

Dear Mr. Right...
if i’m in fatigue limit, let me end my journey. If i’m in the top of my pain, would you continue our journey. Journey to found each other. Would you pick me up. Would you bring me to your castle.

Dear Mr. Right...
If we are in a day that we’ve found each other,let me be your fairy heaven. Let me in your side until He Says “no!”. Let me loving you because of HIM.

Dear Mr. Right...
If Allah say “yes” for us, would you keep me in love with HIM, our Creator. Would you keep me in adore with HIM, our Prophet. Would you be my reminder if i’m not in HIS way. Would you guide me to HIS Heaven.
READ MORE - Hey You! Yes, You...

Jumat, 22 Oktober 2010

Siapa yang Tuli?

Ini adalah satu cerita menggelitik, namun penuh hikmah. Aku baru saja mendapatkannya di buku karangan Zabrina A. Bakar, yang berjudul Satu Tiket ke Surga

Kisah seorang suami yang merasa istri tercintanya mengalami masalah serius yaitu ketulian. Seringkali sang istri tidak menjawab ketika mereka sedang mengobrol. Untuk itu sang suami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga, bagaimana cara menguji sang istri dengan cara yang paling halus. Karena sang suami tidak ingin sang istri tersinggung dengan mengajaknya memeriksakan diri ke dokter. Dokter menyarankan agar menguji dengan cara berbicara dengan nada normal pada jarak 30 langkah. Jika tidak menjawab, mendekatlah perlahan sambil mengulang pertanyaan yang sama.

OK, menurut sang suami cara itu cukup halus untuk menguji. Sesampai di rumah, istrinya sedang memasak. Sang suami mengira-ngira jarak 30 langkah yang dimaksud dokter. Ya, segini kurasa cukup, 30 langkah. Dan sang suami bertanya “hari ini menu kita apa Sayang?”. Tak ada jawaban, sang suami mendekat perlahan sambil terus mengulang pertanyaan itu. Sampai pada jarak yang sangat dekat, sang suami berbisik di telinga sang istri, masih dengan pertanyaan yang sama. Sang istri menoleh dan dengan agak kesal menjawab “ya ampuuuuun, untuk kesepuluh kalinya, Sayaaaang. Aku masak semur daging hari ini!”.

Aku terbahak pertama kali membaca cerita ini. Sang suami merasa sang istri tuli, ternyata sebenarnya dialah yang tuli. Dia begitu mudah menuduh sang istri, tanpa menganalisa terlebih dahulu siapa sebenarnya yang bermasalah.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah merasa bahwa “istri” kita “tuli”? Astaghfirullah... Ternyata aku begitu sering mengira “istri”ku “tuli”. Sederhananya, begitu seringnya kita menyalahkan orang lain atas kesalahan yang sesungguhnya bersumber dari diri kita sendiri. Ketika suatu masalah tiba-tiba muncul, yang muncul dibenak kita adalah “siapa”. Ya, siapa penyebabnya. Dan usaha untuk menemukan “siapa” nyaris tak pernah gagal. Yang pasti sedikit sekali yang menemukan jawabannya berupa “aku”. Mungkin sebaiknya kita perlu menyimak ini:

Barangsiapa melakukan kesalahan atau berbuat dosa, kemudian melontarkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka ia memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. An-Nisa 4:112)

Astagfirullah, ini peringatan yang sangat menyentakku. Memikul kebohongan, itu sesuatu yang membuatku bergidik. Dan memikul dosa yang nyata, siapakah yang sanggup memikul dosa yang kita sendiri sadari bahwa itu adalah dosa.

“ketika telunjuk kita mengarah pada orang lain, maka empat jari yang lain mengarah pada diri kita sendiri”
READ MORE - Siapa yang Tuli?

Minggu, 17 Oktober 2010

Takkan Berpaling dari-Mu

Kala malam bersihkan wajahnya dari bintang-bintang
Dan mulai turun setetes air langit dari tubuhnya
Tanpa sadar nikmatnya alam karena kuasa-Mu
Yang tak kan habis sampai di akhir waktu perjalanan ini

Trima kasih ku padamu Tuhanku
Tak mungkin dapat terlukis oleh kata-kata
Hanya Dirimu yang tahu besar rasa cintaku pada-Mu
Oh Tuhan anugerah Mu tak pernah berhenti
Selalu datang kepadaku Tuhan semesta alam
Dan satu janjiku tak kan berpaling dari-Mu
READ MORE - Takkan Berpaling dari-Mu

Jumat, 15 Oktober 2010

MyDearestPal's Wedding (Part 1-Indri) 10-10-10

Sepenggal kisah tentang pernikahan salah seorang sahabat lamaku. Kami berlima -Indri, Rusta, Lola, Mitha, dan Shanti- pernah bertanya-tanya ketika kami SMA, "kira-kira siapa ya diantara kita yang nikah lebih dulu?". Dan di terjawablah sudah pertanyaan itu, tepat pada 10-10-2010. Yuli Indriyani yang (kebetulan) tertua diantara kami mengakhiri masa lajangnya. Menikah dengan salah satu sahabatku, yang juga teman SMA kami, Dimas Abdillah. Ahh, turut berbahagia rasanya melihat senyum bahagia mereka, kedua sahabatku. Barakallah...
READ MORE - MyDearestPal's Wedding (Part 1-Indri) 10-10-10